Senin, 26 November 2012

Kerajaan Demak

a. Letak Geografis Kerajaan Demak
Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah, tetapi pada awal kemunculannya Kerajaan Demak mendapat bantuan dari para bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut agama Islam. Wilayah Kerajaan Demak pada awalnya hanya sebuah bawahan Kerajaan Majapahit, kemudian berkembang hingga mencapai Banten di Barat dan Pasuruan di Timur. Lokasi ibukota Kesultanan Demak, yang pada masa itu masih dapat dilayari dari laut dan dinamakan Bintara (dibaca "Bintoro" dalam bahasa Jawa), saat ini telah menjadi kota
Demak di Jawa Tengah. Periode ketika beribukota di sana kadang-kadang dikenal sebagai "Demak Bintara". Pada masa sultan ke-4 ibukota dipindahkan ke Prawata

b. Kehidupan Politik
1) Raden Patah (1475-1518)
Dengan bantuan daerah–daerah lain yang masuk Islam, seperti Jepara, Tuban, dan Gresik, Raden Patah pada tahun 1475 berhasil mendirikan Kerajaan Demak, yang merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Menurut Babad Tanah Jawa, Raden Patah adalah putra Brawijaya V (Raja Majapahit terakhir) dengan putrid Campa. Raden Patah semula diangkat menjadi seorang bupati oleh Kerajaan Majapahit di Bintoro Demak dengar gelar Sultan Alam Akhbar al Fatah.
Dalam upaya mengembangkan kekuasaan dan meenguasai perdagangan nasional dan internasional maka pada tahun 1513, Demak melancarkan serangan ke Malaka dibawah pimpinan Adipati Yunus (Pangeran Sabrang Lor). Namun, serangan tersebut gagal. Dilingkungan kerajaan, para wali berperan sebagai pendamping dan sekaligus sebagai penasehat raja, khususnya Sunan Kalijaga. Ia banyak memberikan saran-saran sehingga Demak berkembang menjadi mirip kerajaan teokrasi, yaitu kerajaan atas dasar agama.
2) Sultan Trenggono (1512-1546)
Adipati Unus (1518-1512) menggantikan ayahnya (Raden Patah) untuk menjalankan roda pemerintahan. Ia lebih dikenal dengan nama Pangeran Sabrang Lor (gelar yang diterima sebab pernah mengadakan serangan ke utara/Malaka). Adipati Unus meninggal tanpa meninggalkan putra sehingga seharusnya digantikan oleh adiknya. Pangeran Sekar Seda Lepen. Akan tetapi, pangeran ini dibunuh oleh kemenakannya sehingga yang menggantikan takhta Demak adalah adik Adipati Unus yang lain, yakni Pangeran Trenggono. Ia setelah naik takhta Demak bergelar Sultan Trenggono.
Dibawah pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya sangat luas, meliputi Jawa Barat (Banten, Jayakarta, dan Cirebon), Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur. Tindakan-tindakan yang penting yang pernah dilakukan Sultan Trenggoo adalah sebagai berikut:
a) Menegakkan agama Islam
b) Membendung perluasan daerah yang dilakukan oleh Portugis
c) Menguasai dan mengislamkan Banten, Cirebon, dan Sunda Kelapa (Perluasan ke wilayah Jawa Barat ini dipimpin oleh Fatahilah (Faletehan) yang kemudian menurukan raja-raja Banten).
d) Berhasil menaklukan Mataram, Singasari, dan Blambangan.
Sultan Trenggono gugur (1546) ketika berusaha menaklukan Pasuruan. Wafatnya Sultan Trenggono member peluang kepada keturunan Pangeran Sekar Seda Leppen yang merasa berhak atas takhta Kerajaan Demak untuk merebut takhta. Tokoh ini adalah Aria Penangsang yang menjadi bupati di Jipang (Blora). Keluarga Sultan Trenggono dengan tokohnya Pangeran Prawoto berusaha untuk menggantikan ayahnya sehingga terjadi perebutan kekuasaan.
Perang saudara ini berlangsung selama beberapa tahun yang akhirnya memunculkan Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang berasal dari Pajang, menaiki takhta sebagai raja dengan gelar Sultan Hadiwijoyo (1552-1575).


c.Kehidupan ekonomi

Dilihat dari segi ekonomi, Demak sebagai kerajaan maritim, menjalankan fungsinya sebagai penghubung atau transit daerah penghasil rempah-rempah dibagian timur dengan Malaka sebagai pasaran dibagian barat. Perekonomian Demak dengan pesat didunia maritim karena didukung oleh penghasil dalam bidang yang cukup besar.


d. Kehidupan Sosial Budaya

Kehidupan sosial Demak diatur oleh hukum-hukum Islam, namun juga masih menerima tradisi lama. Dengan demikian, muncul sistem kehidupan sosial yang telah mendapatkan pengaruh Islam.
Di bidang budaya, terlihat jelas dengan adanya pembangunan Mesjid Agung Demak yang terkenal dengan salah satu tiang utamanya terbuat dari kumulan sisa-sisa kayu yang dipakai untuk membuat masjid itu sendiri yang disebut soko tatal. Di pendapa (serambi depan masjid) itulah Sunan Kalijaga (pemimpin pembangunan mesjid) meletakn dasar-dasar syahadatain (perayaan Sekaten). Tujuannya ialah umtuk memperoleh banyak pengikut agama Islam. Tradisi Sekaten itu sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.

Oleh ARIESMA GUSTIANA PUTRI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar